Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya daripada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? ‘Tidak!’ kata-Ku kepadamu. (Lukas 13:2-3)
Ketika suatu peristiwa buruk–misalnya tsunami, gempa bumi, banjir, kebakaran, kecelakaan, tindakan kriminal atau kesialan tertentu–menimpa seseorang atau suatu daerah, sebagian orang memandangnya sebagai hukuman Allah. Mereka beranggapan bahwa orang-orang tersebut memang pantas mendapatkannya.
Sebagian orang Israel juga memiliki anggapan demikian. Mereka mengira orang Galilea yang dibunuh dan darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah kurban persembahannya lebih berdosa daripada orang Galilea lainnya. Mereka juga mengira orang yang mati ditimpa menara dekat Siloam lebih besar dosanya dari orang Yerusalem lainnya. Dosa merekalah yang mengakibatkan mereka mengalami nasib buruk itu, simpul mereka.
Namun Yesus meluruskan pemahaman mereka. Cara hidup seseorang tidak menentukan cara matinya. Banyak orang benar yang mengalami kematian mengenaskan. Yesus sendiri bahkan menjalani kematian yang mengerikan dan hina. Sebaliknya, banyak orang jahat yang mati dengan cara yang dinilai terhormat oleh manusia. Karena itulah, Yesus mengajak pendengar-Nya untuk tidak berfokus pada apa yang dialami oleh seseorang di dunia ini, termasuk cara kematian mereka, melainkan pada sesuatu yang lebih penting. Dia menekankan pertobatan, menyambut anugerah Allah yang menyelamatkan, sehingga tidak mengalami kebinasaan kekal. Karena itu, janganlah kita tergoda untuk menghakimi orang lain dan membenarkan diri sendiri. Sebaiknya, pastikanlah pertobatan kita dengan menerima pengurbanan Kristus.—HT
MENYAMBUT ANUGERAH ALLAH DALAM KRISTUS
MENJADI JAMINAN KESELAMATAN KITA YANG PASTI